Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Para Pengubah Peradaban

Inspirasiku

Jumat, 29 April 2011

Cerpen Jadul (Sebuah Langkah Awalku)

Jiwa Tania

Segala macam tingkah mewarnai kedukaan di sebuah rumah sakit jiwa. Disanalah seorang gadis manis duduk sendiri. Tatapan matanya kosong.
“Tania, ayo masuk!” sapa seorang perawat.
Gadis yang ternyata bernama Tania itu menoleh.
“Tania masuk, ya, dokter mau memeriksamu,” ulang perawat itu sambil mengulurkan tangannya.

Tania menggapai tangan itu lalu berdiri. Perawat itu mengajak Tania ke ruangan dokter.
“Tania duduk disini!” kata dokter itu sambil menyodorkan kursi di hadapan Tania. Tania hanya menurut saja. Dokter dan perawat mulai memeriksa Tania.
Itulah yang terjadi pada Tania sekarang. Dua bulan yang lalu, ia adalah seorang gadis manis yang ceria tanpa ada beban di hatinya.
Tania adalah anak seorang pengusaha yang berhasil. Seluruh kebutuhannya tercukupi. Ditambah dengan kecantikan, kepintaran dan keramahan yang dimilikinya semakin membuat diri Tania sempurna. Tania sering menjadi bintang di sekolah. Seluruh isi sekolah mengenal Tania.
Tapi keceriaan itu berakhir dengan kepahitan. Kedua orang yang sangat dia hormati dan ia sayangi pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Kecelakaan yang merengut nyawa orang tua Tania begitu mengerikan. Peristiwa yang terjadi pada malam hari itu masih membekas di ingatan Tania.
Ayah Tania yang selalu bertugas keluar kota tidak pernah ditemani ibu. Tapi entah kenapa pada tugas Ayah kali ini membuat Ibu bersikeras untuk ikut. Alasannya, Ibu tidak mau Ayah kesepian. Dan sewaktu mereka akan pergi dengan Ford putih, hasil keringat Ayah, mereka seakan tidak pernah berhenti memberi petuah pada Tania.
“Tania, jangan bersedih ya. Ibu dan Ayah mau pergi,” ujar Ibu Tania sewaktu akan pergi.
“Tania harus mandiri! Tania kan sudah besar. Kalau Tania ingat Ibu dan Ayah, lihat saja foto-foto Ayah dan Ibu,” lanjut Ibu.
“Kalau Ibu dan Ayah pergi, Tania harus tetap jadi anak yang baik. Mungkin ini pesan kami yang terakhir,” tambah Ayah.
“Ayah kok ngomong kayak gitu. Tania senang kok dengerin nasehat Ayah dan Ibu,” ujar Tania manja.
Tania mengantar kepergian kedua orang tuanya. Ia tak menyangka bahwa percakapan tadi merupakan percakapan yang terakhir dengan orang tuanya. Sejak kepergian ayah dan ibunya keluat kota, hati Tania selalu tidak tenang. Ia sering meminta Ewin, pacarnya, untuk menemaninya.
Akhirnya peristiwa yang membuat jiwa Tania bergoncang terjadi. Di malam yang diwarnai dengan turunnya hujan disertai suara petir yang menggelegar. Jalanan yang dilewati oleh mobil yang ditumpangi orang tua Tania sangat licin. Karena faktor jalan yang licin itulah yang menyebabkan peristiwa terjadi.
Kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya itu begitu cepat terjadi. Tania yang melihat mayat kedua orang tuanya tak dapat menahan tangis. Di tengah kesedihan atas kepergian orang tuanya, tiba-tiba Ewin yang sangat ia harapkan pun pergi.
Tak ada lagi kebahagiaan di mata Tania. Ia bukan lagi seorang gadis yang ceria. Ia lebih sering terlihat menangis, sampai akhirnya Tania dinyatakan positif menderita gangguan jiwa.

NB : Sebuah karya kala masih putih biru yang kutemukan ditimbunan kertas berisi coretan yang menjadikanku mulai mencintai literasi. Ini adalah salah satu karyaku kala itu. Karya ini berdasarkan teks asli, hanya mengubah tanda bacanya aja.  Haha…. Tertawa sendiri membaca tulisan jadulku.  ^_*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar