Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Para Pengubah Peradaban

Inspirasiku

Senin, 22 November 2010

Marah (janganlah) Jadi Tangis


Oleh : Azwa Fathiha
Menjadi guru adalah cita-citaku sejak kecil. Tak seperti teman-teman yang lain yang lebih memilih menjadi seorang dokter atau insinyur. Setelah kutanya beberapa teman tentang cita-cita mereka, nyaris tak ada yang memilih guru sebagai cita-cita. Tak mengapa, toh bagiku sosok guru tak kalah hebat dari dokter ataupun insyinyur. Mereka tak akan bisa jadi sosok yang membanggakan itu tanpa campur tangan sang guru.
Begitulah, betapa inginnya aku menjadi pahlawan tanda jasa itu. Hingga akhirnya cita-cita itu benar-benar kesampaian. Sebuah sekolah islam terpadu yang menggunakan konsep boarding school menjadi tempat pengabdianku setelah sebelumnya sempat pula aku mengajar di bimbingan belajar.

DIRUT

By : Azwa Fathiha
Dirut…. Dirut…. Dirut jangan nangis Bapang ka bajalan Bejalan dek ke lame Oi Dirut tinggallah kudai Dirut jangan nangis Pejamkanlah mata (penggalan lagu "Dirut")
Sayup-sayup kudengar Mang Ujuk mendendangkan Dirut. Suaranya lirih namun terdengar lantang, menerobos relung hati bagi yang mendengarkannya. Menyayat hatiku. Lagu itu, lagu yang mengingatkanku pada sosok Bapak yang selalu bersenandung ketika menidurkanku dalam buaiannya.
Aku menutup gendang telingaku. Merapatkan tanganku, agar dendang itu tak sampai ke telingaku. Aku merengsek menjauh. Bukan karena suara Mang Ujuk, tapi sekali lagi semua karena lagu yang dinyanyikan oleh adik ibuku itu.

Jumat, 12 November 2010

Aku Abimu

Oleh : Azwa Fathiha

Ada sesuatu yang terjadi beberapa hari ini. Entah apa aku yang salah atau anak-anak itu. Mereka seolah tak pernah menganggapku sebagai guru mereka. Aku seolah kehilangan wibawa di depan anak didikku itu.
“Akhi, coba tenangkan diri dulu.” Anwar, rekanku, menepuk pundakku yang penuh beban ini. Aku menatapnya sekilas. Wajahnya masih menyisakan sedikit air wudhu. Aku pun tersenyum
“Sukron, War,” jawabku singkat. Aku meraih kursi yang menganggur di sebelahku. Kulihat Anwar melakukan hal yang sama. Ia menarik kursinya tepat di samping kananku.
“Sabar, Akhi. Ini cobaan buat kita. Mungkin sekarang anak-anak sedang bermetamorfosis menjadi sosok yang lebih dewasa,” ujarnya.